Friday, June 23, 2017




Frantz (2016 / 2017)



4.5 / 5


Salah satu kehebatan F. Ozon (salah satu sutradara favorit gw) selain storytelling-nya yang baik dan pintar, adalah kemampuannya dalam meramu / menciptakan film dari berbagai genre, mulai dari Invasion-thriller (See the Sea), Drama / Thriller-Psikologis (Swimming Pool, Under the Sand, In The House) , Romance (5x2), Rom-Com (The New Girlfriend), sampai Whodunit Musical (8 Femmes).

Dan kali ini lewat film Frantz, Ozon menyajikan sebuah Drama bertema WW I, tentang seorang wanita yang harus kehilangan kekasih tercintanya yang tewas di medan perang.


Frantz digarap dengan visual yang menawan dan cukup unik, dimana film yang sebagian besar berwarna hitam-putih ini terkadang berubah menjadi berwarna, seolah menunjukkan adegan-adegan yang dirasa dramatis atau emosional.


Untuk keseluruhan, dengan plotnya yang diisi twist-and-turn ala film misteri, ending yang kuat, serta memiliki emosi yang dalam... Frantz tampil sangat menawan sebagai sebuah film tentang love and loss yang indah, memikat, sekaligus menyayat hati.

ROMBONGAN


Miekkailija / The Fencer (2015 / 2017)



4 / 5

Meski tidak bisa lepas dari adegan klise yang biasa dijumpai di film-film sejenis ini, The Fencer untungnya tetap bisa tampil memikat berkat kemampuannya dalam menyajikan sebuah sport-drama yang cukup menegangkan sekaligus melodrama yang indah dan menyentuh.


Tracktown (2016 / 2017)



3 / 5

Sebuah coming-of-age yang cukup sweet, unik, quirky, dan ringan.
Tapi memang yang agak disayangkan, memiliki cerita yang terbilang datar.


Colossal (2016 / 2017)



3.5 / 5

Walaupun terbilang kurang mulus, tetapi perpaduan dramedy ala indie dengan monster movie ala blockbuster-nya terbilang cukup berhasil dan efektif.


Life (2017)



4 / 5

Simple tetapi didukung dengan suspense jempolan serta special effect yang cukup "wah".

 
Scanners (1981)





3 / 5

Scifi-Thriller yang cukup passable, tapi memiliki scene-scene yang terasa outdated, imo.

Friday, June 16, 2017





Moka (2016 / 2017)


3.5 / 5


Jika anda penyuka film-film karya Claude Chabrol, maka disini anda akan merasakan sedikit-banyak kemiripan baik dari premis (This Man Must Die / Que la bête meure) maupun style dari sang sutradara yang dijuluki "the French Hitchcock" tersebut.

Jika diibaratkan, Moka ini ibarat air yang tenang tetapi seperti menyimpan sesuatu yang "berbahaya" di dalamnya.

Tetapi meski memiliki beberapa elemen yang sering dijumpai dalam film-film bergenre Thriller, Moka sebenarnya adalah sebuah Drama yang lebih berfokus kepada studi-karakter/psikologis seorang ibu yang menghadapi rasa kehilangan putra yang dicintainya.


Overall, Moka adalah sebuah Drama yang cukup solid dan memikat dengan pembawaannya yang tenang dan "jinak" namun sekaligus cukup "galak" (meski tidak se-"galak" yang diperkirakan atau diharapkan sebagian penonton) berkat sedikit sentuhan thriller ala Chabrolian-nya.



Thursday, June 15, 2017



Jawbone (2017)



4 / 5


Sederhana dan terasa agak "sepi", Jawbone mungkin sekilas tampak kurang menarik bagi penonton yang mengharapkan film sport (boxing) yang "wah".

Jawbone memang tipe film yang tenang dan bukan hanya melulu tentang pertarungan tinju.
Disini kita diajak untuk melihat / merasakan "pertarungan" sang protagonis dalam menghadapi masalah yang bukan hanya ada di dalam ring tinju, tetapi juga di luarnya, serta di dalam dirinya sendiri.


Overall, meskipun terasa sedikit familiar, tetapi dengan pendekatan sederhananya, serta dukungan akting menawan dari Johnny Harris dan cast lainnya, Jawbone mampu tampil sebagai Drama-Sport underrated yang bukan hanya intens tetapi juga simple, natural, dan menyentuh *.



* Lagu penutup yang berjudul "The Ballad Of Jimmy McCabe" juga merdu, menyentuh dan ngena banget.

Wednesday, June 14, 2017

Review Rame - Rame


The Exception / The Kaiser's Last Kiss (2016 / 2017)




3.5 / 5

Plot-nya mungkin predictable dan sedikit lemah, endingnya pun terasa terlalu kebanyakan "gula".
Tetapi tidak dapat dipungkiri The Exception berhasil menggabungkan love story yang manis, hangat (bahkan "panas" *) dan menyentuh, dengan Spy-Drama-Thriller yang cukup suspenseful.

Yang suka film-film semacam Black Book atau Lust, Caution boleh cicipin yang satu ini.


* Hati-hati buat yang puasa, Cinderella-nya nakal disini, huehehe.




Rester Vertical /  Staying Vertical (2016 / 2017)



3 / 5

Vulgar * dan bizzare, serta lengkap dengan sentuhan surreal-nya, Staying Vertical sebenarnya adalah sebuah film studi karakter yang cukup unik, namun sayangnya terasa agak "datar", lalu dark humor-nya juga terbilang "hit-and-miss".


* Hati-hati juga, ada sex scene LGBT yang mungkin terasa mengganggu untuk sebagian penonton. 



The Survivalist (2015 / 2017)




4 / 5

Sebuah Drama-Thriller bertema Post-Apocalyptic yang sederhana dan bertempo lambat.
Tapi dengan kesederhanaannya itu The Survivalist tampil sebagai sebuah tontonan yang membius, suspenseful dan terasa natural, apa adanya, serta tampak believable.

Cocok di dobel-fitur dengan Into the Forest



Free Fire (2016 / 2017)



3.5 / 5

Sebuah film action yang simple namun memikat dengan adegan aksi yang pas serta dialog-dialognya yang menggelitik, ala-ala Tarantino gitu lah.



Under Sandet / Land of Mine (2015 / 2017)




4 / 5

Sebuah War-Drama yang menyentuh, powerful, dan sekaligus menegangkan.




Osmosis Jones (2001)



3.5 / 5

Ceritanya mungkin sedikit "meh" untuk penonton dewasa, tetapi Osmosis Jones (yang merupakan perpaduan Animasi dan Live Action ini) tampil sebagai film keluarga yang cukup fun, imajinatif, dan bisa dibilang lumayan edukatif juga, he3.



John Wick: Chapter 2 (2017)




3.5 / 5

Sama seperti yang pertama, isinya kebanyakan bak-bik-buk dan dar-der-dor doang.
Tapi ga bisa disangkal, filmnya memang fun dan stylish.



Tuesday, June 6, 2017





Córki dancingu / The Lure (2015 / 2017)



4 / 5


Kisah Putri Duyung yang jatuh cinta dengan manusia mungkin sudah terdengar basi.
Dan mungkin juga karena alasan tersebut, Agnieszka Smoczyńska (sang sutradara) meramu dan mencampur berbagai genre ke dalam film ini (mulai dari drama, musikal, komedi, romance, sampai horror) agar terasa segar.

Hasilnya, meski harus diakui terasa agak-agak "Style over substance", tetapi The Lure sukses menyajikan film mermaid yang unik, bizzare, darkly funny, dan sensual *, plus dengan bumbu blood and gore-nya, serta ditutup dengan ending yang menyentuh sekaligus kelam.




* Buat yang puasa, kalo mau nonton tunggu buka ya. :D

Tuesday, May 30, 2017



Berlin Syndrome (2017)



3 / 5

Sebuah Thriller dengan tema yang sudah sangat sering digunakan, tapi cukup suspenseful dan enjoyable, meski tidak bertensi tinggi.
Tapi sayangnya harus ditutup dengan ending yang terbilang "meh".


The Sense of an Ending (2017)



3.5 / 5

Sebuah drama yang meski bisa dikatakan sedikit "datar" dalam memancing emosi penontonnya, tetapi terasa enjoyable dan cukup memikat dengan alurnya yang diisi dengan adegan-adegan flashback yang "dibuka" lembar per lembar, untuk mengetahui kisah masa lalu sang protagonis.


All of Me (1984)



2.5 / 5

Konyol dan tidak lucu.


A Cure for Wellness (2016 / 2017)



3.5 / 5

Meski terasa familiar, sedikit predictable, dan memiliki cerita ataupun twist yang agak susah diterima oleh akal sehat... A Cure for Wellness ternyata mampu menyajikan sebuah tontonan misteri yang walaupun bertensi rendah dan berdurasi cukup panjang, namun tetap menggelitik rasa penasaran dan cukup membuat "betah" penontonnya, berkat atmosfir creepy nya yang efektif serta visual yang begitu memanjakan mata.

Cukup Underrated, imo.


Buster's Mal Heart (2016 / 2017)



3.5 / 5

Buster's Mal Heart merupakan Drama / Thriller - Psikologis yang terbilang cukup aneh dan unik, serta lengkap dengan atmosfir surreal / dreamlike-nya yang pas.
Dan walaupun cukup predictable di beberapa bagian, overall Buster's Mal Heart tampil cukup memikat dan memuaskan, apalagi jika anda menyukai tipe film yang bisa dibilang sulit "dicerna" *.


* Walaupun tidak se-Mindfuck film-film David Lynch, tetapi film ini cukup membuat penontonnya (gw) garuk-garuk kepala, he3.


Grave / Raw (2016 / 2017)



3.5 / 5

Bukan tipe Horror yang menegangkan, melainkan lebih pas dikatakan sebagai sebuah drama remaja dengan bumbu blood & gore yang mungkin menjijikkan untuk sebagian penonton, tetapi secara keseluruhan cukup memuaskan sebagai film coming-of-age yang agak beda dari yang lain.


Naked (1993)



3.5 / 5

Film yang kelam, sensual, dan disturbing, dengan tokoh utama anti-hero, serta plot yang terasa datar.
Bukan tipe film yang terbilang enjoyable, namun tetap memikat untuk penonton yang mencari hidangan Drama-Comedy hitam pekat yang solid.

Wednesday, May 24, 2017

Review Gado-gado



Kicks (2016)




3.5 / 5

Bercerita tentang seorang anak yang mencari sepatu kesayangan-nya.
Kicks adalah sebuah Coming-of-age yang mengangkat tema violence, sex, drugs, bullying, dan persahabatan, dengan bumbu drama, humor, serta sedikit action, yang disajikan dengan cukup baik dari segi visual / style maupun kemampuannya dalam memberikan tontonan bertema "serius" namun tetap terasa enjoyable.



Timecode (2000)



3 / 5

Memiliki penggarapan yang terbilang unik, dimana penonton disajikan 4 alur / cerita dalam satu layar sekaligus, yang di-shoot dengan sekali take.
Namun sayang, ceritanya memang terasa kurang maksimal, meski tidak jelek dan cukup "menantang" untuk ditonton.



Hounds of Love (2016 / 2017)



3.5 / 5

Meskipun endingnya terbilang sedikit kurang greget, tetapi secara keseluruhan, Hounds of Love terbilang cukup prima sebagai sebuah Crime-Drama-Thriller yang dark dan disturbing, dengan sokongan suspense yang terjaga baik serta penampilan cast-nya yang meyakinkan.




Neighboring Sounds / O Som ao Redor (2012)



2.5 / 5

Meski digarap dengan rasa natural yang memang menjadi keunggulannya, tetapi overall terasa tumpul dan membosankan.
Overrated imo. 



House Party (1990)




3.5 / 5

Ringan, lucu, dan enjoyable.




Get Out (2017)



4.5 / 5

Misteri & twist-nya membuat penasaran, suspense-nya jempolan, humor-nya pas, casting meyakinkan, plus ada rasa / tone Hitchcockian dan juga sedikit Lynchian.
Ga nyangka Jordan Peele bisa bikin thriller sebagus ini.



Before I Fall (2017)




3.5 / 5

Bisa dibilang kalau ini adalah Groundhog Day versi "Chick flick".
Tetapi walaupun mungkin terasa terlalu familiar , untungnya tetap enjoyable dan ditutup dengan ending yang (meski bisa dibilang cukup predictable) terbilang cukup "dalam".



O Lobo Atrás da Porta / A Wolf at The Door (2013 / 2015)



3.5 / 5

Crime-Thriller tentang penculikan anak.
Walaupun suspensenya terbilang kendor, tetapi alurnya enak untuk diikuti sampai akhir, dengan ending yang cukup dark dan disturbing.



Arsenic and Old Lace (1944)



3 / 5

Sebuah Crime-Comedy yang dark , tapi sayangnya terasa hit-and-miss.
Akting Cary Grant disini juga berasa "berlebihan" dan menjurus annoying.




Contratiempo / The Invisible Guest (2016 / 2017)



3.5 / 5

Twistnya (buat gw) termasuk predictable* dan bisa dibilang "usang".
Lumayan kecewa juga mengingat film ini begitu digembar-gemborkan dari sisi twistnya.
Tetapi untungnya penyajiannya cukup solid dengan perpaduan misteri, suspense, dan plot yang berlika-liku, sehingga sudah cukup untuk menghibur para pecinta mystery-thriller.


*Bini gua aja bisa nebak, ha3.

Monday, May 22, 2017

Mindhorn (2016)



4 / 5


"Tolol !!!"
Ya, mungkin itu kata yang tepat untuk menggambarkan film yang bercerita tentang seorang aktor paruh baya  yang sudah kehilangan popularitasnya dan harus berurusan dengan sebuah kasus pembunuhan ini.

Film yang diisi dengan komedi konyol, sarkas nan garing ini memang terbilang "tolol", namun entah kenapa malah terasa efektif dalam mengocok perut.

Adegan aksi, plot, maupun ceritanya juga tidak bisa dibilang pintar, tapi terasa enjoyable dengan alurnya yang ringan namun penuh twist-and-turn.


Overall, Mindhorn merupakan Comedy-Thriller campy, cheesy bin tolol namun fun, enjoyable dan sukses dalam mengundang gelak tawa.*


Highly Underrated, imo.



* Humornya mungkin bukan tipe humor yang bisa mengena di semua penonton, tapi yang pasti ngena di gw. :D

Thursday, May 4, 2017





The Witness for the Prosecution (2016)




3.5 / 5


Jika versi tahun 1957-nya lebih berfokus pada persidangan-nya yang diisi dengan twist-and-turn yang "nonjok" banget, maka versi 2016-nya ini lebih banyak menyoroti sisi latar belakang serta psikologis sang protagonis (Toby Jones) dan karakter lainnya.

Secara keseluruhan memang tidak se-dahsyat versi 1957-nya, tetapi versi remake-nya ini juga terbilang cukup memikat berkat atmosfir serta tone-nya yang lebih dark, meskipun bertempo sedikit lebih lambat.


* Cocok untuk penonton yang "malas" menonton versi jadul-nya karena alasan tidak berwarna, walaupun sebenarnya sangat disayangkan melewatkan versi 1957-nya yang (imo) lebih superior.

** Cocok juga untuk yang sudah menonton versi jadulnya, karena disini mengambil sudut pandang yang agak berbeda, sehingga bisa sebagai "pelengkap", meski anda sudah mengetahui twistnya.




And Then There Were None (2015)



4 / 5


Temponya memang lebih lambat dari versi 1945-nya (kebetulan versi ini yang udah ane tonton sebelumnya, belum nonton versi yang lainnya), tetapi digarap dengan sangat baik, lebih detail dan dengan dukungan cast yang solid, serta tentunya dengan misterinya yang membuat bertanya-tanya (apalagi jika anda belum pernah menonton atau mengetahui twist-nya).

Tone, atmosfir, serta ceritanya juga lebih kelam mengikuti novelnya, dimana hal ini yang menjadi keunggulannya dibanding versi 1945-nya.

Overall versi ini lebih bagus dari versi 1945 , tetapi (bagi yang belum pernah menonton) tidak ada salahnya menonton versi 1945-nya juga untuk mengetahui perbedaan endingnya.

Monday, May 1, 2017




A Dark Song  (2016 / 2017)



3.5 / 5



Sebuah Drama-Horror bertempo lambat dan mungkin bukan untuk semua orang, namun terbilang cukup unik.

Tidak terlalu mengandalkan penampakan-penampakan yang menyeramkan, tetapi lebih berfokus pada psikologis sang protagonis serta adegan ritual yang terbilang lumayan detil.

A Dark Song juga disokong dengan atmosfir gloomy nan kelam sebagai pengganti trik jump-scare yang memang bukan menjadi andalan di film ini.


Ending yang disajikan disini juga terbilang cukup berbeda dari kebanyakan film bergenre serupa, dimana sekilas mungkin tampak "lembek", tetapi di sisi lain mampu memberikan rasa yang berbeda serta pesan yang baik.



Review Rombongan


Bacalaureat / Graduation (2016 / 2017)


3.5 / 5


Meski tidak se-menohok 4 Months, 3 Weeks, 2 Days, tetapi Cristian Mungiu mampu memberikan sebuah Drama Keluarga (ada sedikit crime juga) dengan berbagai konfliknya secara natural dan memikat.

Cocok di-double feature dengan Child's Pose



Sieranevada (2016)


3 / 5


Penyajiannya yang begitu natural layak untuk diacungi jempol.
Dialog-dialognya juga diisi dengan beragam tema mulai dari sosial, politik, agama plus sisipan humor juga.
Tetapi sayangnya konflik yang dihadirkan terasa hambar dan kurang "greget", sehingga durasi yang hampir 3 jam terasa cukup melelahkan.



Kollektivet / The Commune (2016 / 2017)


2.5 / 5


Jika biasanya Thomas Vinterberg mampu memberikan sebuah drama yang mengaduk-aduk emosi penonton seperti misalnya Jagten dan Festen, namun tidak kali ini.
Kollektivet terasa membosankan, datar, dan diisi dengan humor yang tidak lucu.
Sangat disayangkan, mengingat Trine Dyrholm tampil menawan disini.



Serial Mom (1994)


3.5 / 5


Adegannya mungkin terkadang kelewat konyol, tetapi overall Serial Mom tampil solid sebagai sebuah komedi-thriller yang berdarah-darah, disturbing, tetapi juga fun dan enjoyable serta memiliki tone yang ceria.



Personal Shopper (2016 / 2017)


3 / 5

Meski lambat tetapi cukup unik dengan penggabungan berbagai genrenya seperti Drama psikologis, misteri, ghost-story, dan thriller.

Namun, sayangnya penggabungannya terasa kurang maksimal, meskipun tidak jelek dan cukup enjoyable secara keseluruhan.



The Man with Two Brains (1983)


3.5 / 5

Humornya memang garing, bego bin tolol, serta lumayan cabul.. tetapi anehnya sukses bikin ngakak .

Musik di end credits juga keren, gw suka, berasa gothic-retro prog-rock gitu.

Friday, April 21, 2017




Hymyilevä mies / The Happiest Day in the Life of Olli Mäki (2016 / 2017)


4 / 5



"Sederhana" adalah sebuah kata yang rasanya paling pas untuk menggambarkan film Sport (Boxing) - Drama asal Finlandia ini.

Digarap dengan visual hitam-putih, serta tidak memiliki adegan-adegan yang terbilang "wah", The Happiest Day in the Life of Olli Mäki justru tampil natural, simple, dan tetap memikat dengan perpaduan Drama, Romance , Komedi, dan Sport-nya yang terasa begitu pas, tidak berlebihan dan tidak kekurangan (walaupun mungkin agak kurang pas untuk penonton yang mengharapkan film tinju dengan pertarungan super seru macam Rocky dan lainnya).

Overall, The Happiest Day in the Life of Olli Mäki adalah sebuah film sederhana yang indah dan memiliki bermacam rasa, terkadang lucu, terkadang menyentuh, terkadang pahit namun juga manis.




* Satu hal lagi yang gw suka dari film ini adalah pesan yang disampaikan, yaitu:
Untuk sebagian orang, Kebahagiaan itu datang bukan dari popularitas, uang, atau karir/jabatan yang tinggi, tetapi datang dari hal yang lebih "sederhana", yaitu orang yang kita sayangi.


Friday, April 7, 2017


The Void (2016 / 2017)



3.5 / 5



Meski memiliki plot yang mungkin kurang "dalam" dan agak membingungkan, The Void unggul dari sisi penyajiannya yang efektif dengan mengangkat tema kelam ala Cthulhu-nya H. P. Lovecraft, lalu menambahkannya dengan blood and gore serta rasa old-school, yang akan membawa ingatan penonton kembali ke jaman film-film horror "jadul" garapan John Carpenter ataupun George A. Romero.


Tidak perlu berpanjang lebar, intinya jika anda mencari tontonan menghibur yang berdarah-darah, bertensi tinggi, dark, creepy & scary, untuk ditonton malam-malam, ini adalah santapan pas untuk anda.


Sunday, April 2, 2017



The Blackcoat's Daughter / February (2015 / 2017)




4 / 5



Film Horror yang disukai oleh kebanyakan penonton biasanya memang tipe film yang bisa membuat penontonnya "jantungan" dan juga memancing penonton wanitanya  (tidak tertutup kemungkinan juga cowok-cowok, ha3) untuk berteriak ketakutan.

Tetapi bukannya menggunakan formula "populer" seperti yang disebutkan di atas, film ini lebih memilih untuk menyajikan sebuah Horror bertempo lambat, sepi, dan minim (atau malah bisa dibilang hampir tidak ada) jump-scare, sehingga tidak terlalu mengherankan juga jika film ini mendapat sambutan yang terbilang "dingin" dari sebagian besar penonton.*


Meski demikian, untuk para penyuka tipe Slow Burning- Horror (termasuk ane salah satunya, he3), The Blackcoat's Daughter tampil sangat solid dengan atmosfir kelam nan creepy yang menyokong suasana sepi dan terisolasi yang ditampilkan sepanjang film, plus adegan brutal dan disturbing yang (meski tidak diumbar terlalu banyak secara visual, tetapi) terasa begitu efektif dalam membuat penonton bergidik.


Overall, The Blackcoat's Daughter tampaknya memang bukan untuk penonton yang ingin "senam jantung", tetapi lebih ditujukan kepada pecinta Horror atmospheric yang creepy, dark, dan disturbing... dengan sokongan alur yang (sebenarnya tampak sederhana, familiar, dan predictable, tetapi tetap) memikat dan twisty **.


Highly Underrated, imo.





* Terbukti di IMDB film ini mendapat rating yang terbilang jeblok, meskipun mendapat review yang positif dari para kritikus.

** Saran ane sih kalo mau nonton ini, ga usah nonton trailer, ga usah liat sinopsis filmnya tentang apa, makin ga tau apa-apa makin bagus, imho.





Friday, March 31, 2017



Dig Two Graves (2014 / 2017)




Bukan tipe film Horror yang akan membuat nafas penontonnya kembang kempis.
Dig Two Graves lebih memilih untuk mengalir dengan pelan-tapi-pasti dengan sentuhan drama serta misteri yang cukup memikat, dimana tabir misteri "dibuka" satu per satu dengan adegan-adegan flashback.

Film ini juga mengandalkan setting atau visual bergaya gothic untuk memberikan kesan dark dan spooky secara efektif.


Overall, walaupun mungkin terbilang kurang menyeramkan, tetapi Dig Two Graves tetaplah sebuah Horror-Thriller yang solid dan enjoyable dengan perpaduan Drama yang cukup menyentuh, Misteri yang memikat, serta suspense-nya yang pas.



3.5 / 5


Thursday, March 30, 2017

PREVENGE, THE DEVIL'S CANDY & MEAN DREAMS




Prevenge (2016 / 2017)




Walaupun (imo) komedi dan suspense-nya terasa agak hit-and-miss, Prevenge tampil cukup solid dalam menyajikan sebuah drama / thriller - psikologis yang cukup memikat serta dark , violent, dan disturbing namun sekaligus juga terbilang "ringan".


3.5 / 5



The Devil's Candy (2015 / 2017)



Setelah beberapa tahun sejak Deathgasm, akhirnya para Metalheads pecinta film Horror punya tontonan wajib lagi.
Namun berbeda dari Deathgasm yang lebih bergenre komedi dan banyak mengumbar blood & gore, The Devil's Candy memiliki pendekatan berbeda yang bisa dibilang lebih "serius".

Premisnya memang kelewat familar.. tetapi penggarapan jempolan dari Sean Bryne dengan memadukan okultisme, musik metal dan atmosfir eerie-nya, The Devil's Candy tampil sebagai Horror yang enjoyable, creepy, dan sekaligus stylish.


4 / 5



Mean Dreams (2016 / 2017)




Memadukan genre coming-of-age dengan crime thriller ala Coen Bros., Mean Dreams sebenarnya tampil menjanjikan di 2/3 bagian awalnya, namun sayangnya harus "dicoreng" oleh 1/3 bagian akhirnya yang terbilang lemah.


RIP Bill Paxton :(


3 / 5